Penjelasan singkat tentang Steker

Steker menurut Wikipedia merupakan pencocok yang dipasang pada ujung kabel listrik yang ditusukkan pada lubang aliran listrik untuk menyalakan lampu (listrik), radio, televisi, dsb. Steker biasa juga disebut dengan istilah Pencolok atau Colokan Listrik atau bahasa inggris juga disebut dengan “PLUG”. Steker dipasang bertujuan untuk mempermudah orang ketika menghubungkan atau memutuskan aliran listrik dari Stop kontak/terminal ke peralatan listrik lainnya.

Secara konsepnya steker memiliki prinsip kerja yang sama dengan Saklar (Switch), dimana hanya saja perbedaannya jika Saklar bersifat permanen atau tetap, sedangkan Steker listrik bersifat portabel atau bisa dipindah-pindah sesuai keinginan. Selain itu, biasanya steker umumnya memiliki ujung yang berbahan logam, dan dibungkus dibagian pegangannya dengan bahan isolator (Plastik, PVC, dan sejenisnya) dan bagian isolator ini berfungsi sebagai pengaman bagi kita saat mencolokkan steker tersebut ke colokan Stop kontak.

Pemetaan jenis tegangan dan frekuensi di seluruh dunia

Jenis – jenis steker :


  • Type A

Digunakan: Daerah utara dan pusat amerika, Jepang.
Deskipsi: Steker listrik Tipe A (atau steker attachment blade datar) adalah steker ungrounded dengan dua pin paralel datar. Meskipun colokan Amerika dan Jepang terlihat identik, pin netral pada colokan Amerika lebih lebar dari pin hidup, sedangkan pada colokan Jepang kedua pin memiliki ukuran yang sama. Akibatnya, colokan Jepang dapat digunakan di AS tetapi seringkali tidak sebaliknya.
Spesifikasi: 100 V, 110 V, 115 V, 120 V, 127 V, 230 - 240 V / 50 - 60 Hz

  • Type B

Digunakan: Daerah utara dan pusat amerika, Jepang.
Deskripsi: Steker listrik Tipe B memiliki dua pin paralel datar dan pin arde bulat (atau arde). Pin arde lebih panjang dari dua lainnya sehingga perangkat terhubung ke ground sebelum daya tersambung. Seperti halnya colokan tipe A, versi Amerika dan Jepang sedikit berbeda. Steker tipe B rata-rata memiliki nilai 15 ampere.
Spesifikasi: 110 V, 115 V, 120 V, 127 V, 230 - 240 V / 50 - 60 Hz

  • Type C

Digunakan: Europe, kecuali UK, Irlandia, Cyprus dan Malta.
Deskripsi: Steker listrik Tipe C (atau Europlug) adalah steker dua kawat yang memiliki dua pin bundar. Ini cocok untuk setiap soket yang menerima kontak bulat 4,0 - 4,8 mm di pusat 19 mm. Mereka digantikan oleh soket E, F, J, K atau N yang bekerja dengan baik dengan colokan Tipe C. Biasanya steker tipe C terbatas dan digunakan untuk peralatan yang membutuhkan 2.5 ampere atau kurang.
Spesifikasi: 115 V, 127 V, 220 - 240 V / 50 - 60 Hz

  • Type D

Digunakan: India, Sri Lanka, Nepal, Namibia.
Deskripsi: Steker listrik Tipe D memiliki tiga pin bulat besar dalam pola segitiga. Colokan M tipe sering digunakan bersama dengan colokan Tipe D untuk peralatan yang lebih besar dan sebagai hasilnya, beberapa soket berfungsi dengan colokan Tipe D dan Tipe M. Steker tipe D biasanya memiliki nilai 5 ampere.
Spesifikasi: 220 – 240 V / 50 – 60 Hz


  • Type E

Digunakan: France, Belgium, Slovakia, Tunisia, dll.
Deskripsi: Steker Tipe E memiliki dua pin bulat 4,8 mm yang berjarak 19 mm dan lubang untuk pin pembumian jantan pria. Steker Type E memiliki bentuk bulat dan soket Type E memiliki reses bulat. Steker tipe E biasanya memiliki nilai 16 amp.
Catatan: Steker CEE 7/7 dikembangkan untuk bekerja dengan soket Tipe E dan Tipe F dengan kontak wanita (untuk menerima pin pembumian dari soket Tipe E) dan memiliki klip pembumian di kedua sisi (untuk bekerja dengan soket Tipe F).
Spesifikasi: 220 - 230 V / 50 – 60 Hz


  • Type F

Digunakan: Jerman, Austria, Belanda, Spanyol, dll.
Deskripsi: Steker Tipe F (juga dikenal sebagai colokan Schuko) memiliki dua pin bulat 4,8 mm yang berjarak 19 mm. Ini mirip dengan steker Tipe E tetapi memiliki dua klip pentanahan di samping daripada kontak pentanahan betina. Steker CEE 7/7 dikembangkan untuk bekerja dengan soket E dan F dan memiliki klip pentanahan di kedua sisi (untuk bekerja dengan soket Tipe F) dan kontak wanita (untuk menerima pin pentanahan dari soket tipe E). Biasanya memiliki nilai 16 ampere.
Spesifikasi: 120 V, 220 – 230 V / 50 – 60 Hz


  • Type G

Digunakan: UK, Irlandua, Cyprus, Malta, Malaysia, Singapura, Hongkong, dll.
Deskripsi: Steker Tipe G memiliki tiga bilah persegi panjang dalam pola segitiga dan memiliki sekering yang tergabung (biasanya sekering 3 amp untuk peralatan yang lebih kecil seperti komputer dan 13 amp untuk perangkat tugas berat seperti pemanas). Soket Inggris memiliki penutup jendela pada kontak yang hidup dan netral sehingga benda asing tidak dapat dimasukkan ke dalamnya.
Spesifikasi: 110, 220 – 240 V / 50 – 60 Hz


  • Type H

Digunakan: Israel
Deskripsi: Steker Type H adalah unik untuk Israel dan memiliki dua pin datar dalam bentuk V serta pin landasan. Namun saat ini sedang dihapus untuk versi yang disematkan. Lubang-lubang pada soket Tipe H lebar di tengah sehingga dapat mengakomodasi versi bundar dari konektor Tipe H serta colokan Tipe C. Memiliki nilai 16 Ampere
Spesifikasi: 230 V / 50 Hz


  • Type I

Digunakan: Australia, New Zealand, Papua New Guinea, Argentina, dll.
Deskripsi:  Steker Tipe I memiliki dua pin datar dalam bentuk V serta pin arde. Versi plug, yang hanya memiliki dua pin datar, juga ada. Steker Australia juga berfungsi dengan soket di Cina. Sistem colokan / soket standar Australia memiliki nilai 10 ampere tetapi konfigurasi steker / soket dengan nilai 15 ampere juga ada, meskipun pin ground lebih lebar. Steker 10 ampere standar akan masuk ke dalam soket 15 ampere tetapi tidak sebaliknya.
Spesifikasi: 120 V, 220 – 240 V / 50-60 Hz


  • Type J

Digunakan: Swiss, Lichtenstein, dll.
Deskripsi:  Steker Tipe J memiliki dua pin bundar serta pin arde. Walaupun steker Tipe J sangat mirip dengan steker Brasil Tipe N, steker ini tidak kompatibel dengan soket Type N karena pin bumi lebih jauh dari garis tengah daripada pada Tipe N. Namun, colokan Tipe C sangat kompatibel dengan soket Type J. Steker ini memiliki nilai 10 ampere.
Spesifikasi: 127 V, 220 – 230 V / 50 Hz


  • Type K

Digunakan: Denmark, Greenland, dll.
Deskripsi:  Steker Type K memiliki dua pin bulat serta pin grounding. Ini mirip dengan Tipe F, perbedaannya adalah bahwa Tipe F memiliki klip pentanahan alih-alih pin pentanahan. Colokan tipe C sangat kompatibel dengan soket Tipe F. Steker dan soket tipe E juga digunakan di Denmark.
Spesifikasi: 127 V, 220 – 230 V / 50 Hz


  • Type L

Digunakan: Italy, Chile, Uruguay, dll.
Deskripsi:  Ada dua variasi steker Type L, satu dengan nilai 10 amp, dan satu dengan 16 amp. Versi 10 ampere memiliki dua pin bulat yang tebal 4 mm dan berjarak 5,5 mm, dengan pin ground di tengah. Versi 16 ampere memiliki dua pin bundar yang tebal 5 mm, berjarak 8 mm terpisah, serta pin pentanahan. Italia memiliki semacam soket “universal” yang terdiri dari soket “schuko” untuk colokan C, E, F dan L dan soket “bipasso” untuk colokan L dan C
Spesifikasi: 127 V, 220 – 230 V / 50 Hz.


  • Type M

Digunakan: India, Swaziland, Lesotho, Sri Lanka, dll.
Deskripsi:  Steker Tipe M memiliki tiga pin bulat dalam pola segitiga dan terlihat mirip dengan steker India Tipe D, tetapi pinnya jauh lebih besar. Colokan M tipe kadang-kadang digunakan untuk peralatan yang lebih besar di negara-negara yang menggunakan colokan Tipe D, serta di Israel (Tipe H). Oleh karena itu, soket di negara-negara ini kadang-kadang berfungsi dengan steker Type M.
Spesifikasi: 220 – 240 V / 50 Hz


  • Type N

Digunakan: Brazil and South Africa
Deskripsi:  Ada dua variasi steker Tipe N, satu dengan nilai 10 amp, dan satu pada 20 amp. Versi 10 amp memiliki dua pin bulat yang tebal 4 mm, dan pin grounding. Versi 20 amp, digunakan untuk peralatan yang lebih berat, memiliki dua pin bundar berdiameter 4,8 mm, dan pin pentanahan. Soket Type N dirancang untuk bekerja dengan colokan Type C juga. Brasil adalah salah satu dari sedikit negara yang menggunakan dua jenis tegangan. Sementara sebagian besar negara bagian menggunakan 127 V, beberapa dari mereka menggunakan 220 V. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tegangan lokal sebelum mencolokkan alat Anda (perhatikan: tegangan yang salah dapat merusak alat Anda). Banyak peralatan yang dijual di Brasil bertegangan ganda.
Spesifikasi: 127 V, 220 – 230 V / 50 – 60 Hz


Referensi:
- https://www.iec.ch/worldplugs/
- https://konversi.files.wordpress.com
www.cites.illinois.edu
- Wikipedia


Model Propagasi Okumura-hata

Propagasi merupakan suatu proses gelombang merambat dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pemodelan propagasi gelombang radio dikembangkan dalam memberikan pendekatan suatu propagasi gelombang radio yang akan dirancang. Dalam membuat pemodelan gelombang radio harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang akan rancang yang bertujuan untuk memberikan prediksi besarnya path loss antara transmitter dengan receiver.

Dalam melakukan perancangan sistem komunikasi radio diperlukannya mengetahui karakteristik propagasi radionya, dengan mengetahui redaman  yang akan terjadi sehingga dapat diprediksi luas cakupan sel yang diinginkan. Dalam melakukan pemodelan progasi tertadapat beberapa faktor diantaranya yaitu lingkungan antara site pengirim dengan site penerima. frekunesi yang digunakan dan mobilitas user pengirim dan penerima. Pemodelan gelombang radio yang paling sering dikenal adalah pemodelan Okumura-Hata dan Walfish-Ikegami. Pemodelan Okumura-Hata digunakan untuk jangkauan daerah yang luas sedangkan Walfish-Ikegami untuk jangkauan daerah yang kecil.

Berikut dibawah ini jenis -jenis pemodelan propagasi:

1. Model Okumura-Hata
Model Okumura-Hata merupakan pemodelan propagasi yang biasanya digunakan dengan jangkauan daerahnya yang luas. Dalam melakukan percobaannya di kota Tokyo Okumura dan Hata mengukur level sinyal yang diterima dibanyak titik  di kota Tokyo. Kemudian dari hasi pengukuran tersebut dibuatlah pemodelan emipiris sehingga dapat digunakan di kota lainnya dengan kemiripan karakteristik kota Tokyo atau daerah urban.

2. Model Walfish-Ikegami
Model Walfish-Ikegami merupakan pemodelan empiris dari propagasi gelombang radio yang digunakan di daerah urban dengan luas cangkupan yang kecil dan BTS yang digunakan terletak diatas atap gedung.

3. Model Ray Tracing

Model Ray Tracing merupakan pemodelan yang mengasumsikan bahwa partikel atau gelombang dapat dimodelkan sebagai seumlah besar berkas sinar yang sangat sempit dan digunakan sebagai perkiraan dari propagasi. Jumlah dari reflaksi dan difraksi yang akan dihitung tergantung kepada algoritma dari network planning tool yang digunakan.

Dari ketiga pemodelan propagasi radio diatas, dapat dipilih salah satu yang digunakandalam melakukan perancangan jaringan radio. Karena pada dasarnya perencanaan jaringan radio tidak terdapat standar buku yang harus dilakukan dalam membangun sebuah jaringan nirkabel. Proses perencanaan radio dipengerahui oleh tipe proyek, kualitas dan target yang akan dicapai dalam membangun jaringan, sehingga kita harus melihat kembali tujuan perencanaannya. Biasanya hal yang sulit dalam melakukan perencanaan jaringan radio yaitu menggabungkan seluruh syarat dan kebutuhan secara optimal dan mendesain dengan biaya yang efisien.


*Note: Empiris adalah suatu keadaan yang berdasarkan pada kejadian nyata yang pernah dialami yang didapat melalui penelitian, observasi, maupun eksperimen.

Sumber:

- Putra, Ardyan I P., 2010, Perencanaan Tahap Awal Jaringan Radio untuk Komunikasi Keselamatan Publik pada Frekuensi 700 Mhz di Wilayah DKI Jakarta, Universitas Indonesia, Jakarta.

How to export CST file to format dxf

This time i will shared, how to export CST file to format dxf. Format dxf in CST usually used for print antenna, so we have to export file to dxf. The type of print antenna is PCB antenna, or etc, not a wired antenna. So, i hope this tutorial make useful for a reader.

First, you have to make sure the file of your antenna in CST is done (not any change anymore). This tutorial is can use for any version software of CST Suite Studio, but this time i used CST Suite 2017.
This below step by step of export file CST to dxf format.

1. Open program CST (Any version)
2. Prepared filed CST/ File Antenna will convert to .dxf.
3. I'm using microstrip antenna rectangular patch with insert feed
Top Surface of Microstrip Antenna
Bottom Surface of Microstrip Antenna

4. I will convert the top surface and bottom surface
5. Make sure the antenna file is already to convert (No change dimension again).
6. First, we will use WCS tool. Put it equal with top surface and export in menu.
WCS Tool
Export to dxf

7. The red highlight is the dimension surface will convert to .dxf
Top Surface ready to convert
Bottom Surface ready to conver
8. Make sure the dimension is correct.
Dimension of top surface

Dimension of bottom surface

9. Press enter, if correct and saved.

Ready to save

10. Next, i will convert the bottom surface.
Bottom surface is ready to export

11. Repeat the previous step, with put WCS tool equal with bottom surface
12. If it's OK, press enter.
13. My groundplane / bottom surface of antenna, is full. If your groundplane is not full, the dimension will be seen in red highlight.
14. I will make sure the dimension of the antenna (.dxf format) with the design in CST Program
15. Check first, the dimension of your antenna in CST Program.
16. Then we will check the .dxf format with CorelDraw Program (Any Version)
17. Drag file (.dxf format) into CorelDraw Program.
18. Don't forget to choose units is mm
19. Check every part of antenna until is clear.
20. If it's OK, you can go to PCB Shop to print your Antenna.

For detail information the tutorial, you can check my video below:

That is all from me, i hope is usefull. For detail you can chek the video in tutorial using Indonesian language. Thanks.

Sistem Pembumian untuk Tower Telekomunikasi

Tower telekomunikasi merupakan stuktur baja yang berfungsi untuk menopang peralatan-peralatan telekomunikasi seperti antena sectoral, antena microwave, RRU, dll. Ketinggian tower telekomunikasi beragam-ragam dari yang 40 M - 100 M, tergantung kebutuhan-nya. Selain itu juga tipe-tipe tower telekomunikasi juga berbeda-beda. Resiko yang dimiliki tower telekomunikasi salah satunya adalah petir, yang bisa menyebabkan tegangan kenaikan tegangan yang dapat merusak peralatan telekomunikasi. Sambaran petir tak langsung dapat mengakibatkan timbulnya induksi yang dapat merusak peralatan elektronik pada daerah tersebut. Maka untuk itu dibutuhkan lah suatu sistem grounding yang baik untuk menanggulangi resiko tersebut.

Sistem pembumian/grounding adalah perencanaan instalasi kelistrikan untuk sistem proteksi, yang bertujuan untuk memberikan solusi menyeluruh berupa perlindungan peralatan telekomunikasi, bangunan, ketersediaan layanan, dan keselamatan manusia terhadap kemungkinan bahaya kejut listrik serta kerusakan akibat petir/tegangan berlebih. Sistem pentanahan juga merupakan suatu tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan  peralatan instalasi yang diamankan, sehingga  bila terjadi kegagalan isolasi, terhambat atau  bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut.

Dalam sistem pembumian membutuhkan jenis nilai tahanan tanah dari daerah tersebut dan batang elektroda yang digunakan agar dapat mengetahui nilai pembumian, diantaranya menggunakan alat ukur dan perhitungan dengan menggunakan perumusan untuk mencapai nilai grounding yang ditetapkan menurut PUIL 2000 yaitu sebesar <1Ω. Selain PUIL 2000 ada juga standard internasional lainnya yaitu NEC yang menetapkan nilai grounding untuk industri telekomunikasi sebesar <5Ω. Tapi pada dasarnya semakin kecil nilai grounding semakin baik.

Menurut PUIL 2000 [3.18.11], elektroda merupakan penghantar yang ditanamkan ke dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan elektroda  pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga maupun baja yang sudah digalvanized atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain misalnya pada perusahaan kimia. Elektroda juga dapat diartikan sebagai  penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi. Biasanya industri menggunakan batang elektroda dengan diameter 5/8 inch dan panjang 3- 4 m.
Layout Tower Tampak Atas
Nantinya elektroda batang akan dimasukan tegak lurus kedalam tanah dan panjangnya disesuaikan dengan resistansi pentanahan yang diperlukan. Resistansi pentanahannya sebagian besar tergantung pada panjangnya dan sedikit  bergantung pada ukuran penampangnya. Jika  beberapa elektroda diperlukan untuk memperoleh resistansi pentanahan yang rendah, jarak antara elektroda tersebut minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektroda tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum antara elektroda harus dua kali panjang efektifnya. Kedalaman elektroda batang dan jenis tanah akan sangat berpengaruh dalam nilai grounding.

Desain sistem grounding untuk tower X

Diketahui :
p = 30 Ωm (resistansi tanah)
radius = 0.0158 m ==> 5/8 : 2 (radius diameter elektroda batang) 
L = 3 m (panjang elektroda batang)
S = Jarak antar elektoda batang (dapat dilihat gambar dibawah)

Layout Elektroda Batang
Formula yang akan digunakan:


Selanjutnya, pertama kita akan hitung elektroda batang tunggalnya terlebih dahulu menggunakan formula di atas. Maka hasilnya adalah :

Kemudian diparalelkan 4 elektroda batang dengan kita anggap titik ujung grounding satu dengan ujung lainnya adalah titik X dengan titik Z, maka hasilnya adalah:



Ket:
  • R          = Resistance (W)
  • ρ           = Soil Resistivity (W-m)
  • L         = Length of Rod
  • π          = Phi (3.14)
  • a          = radius of rod (m)
  • s          = Distance between grounding rod

Karena desain yang akan dibuat persegi dengan 4 jalur, dan hasil resistansi diatas kemudian diparalelkan 4 buah, maka hasilnya adalah
 Rtotal = 0.8075 W

Maka nilai total pentanahan/grounding di area tower X adalah 0.8075 Ω, dengan ini nilai tersebut memenuhi standar yang ditentukan oleh PUIL 2000 maupun standar NEC. Sekian materi yang disampaikan, semoga bisa berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya. Thanks.

Referensi:
  • IEEE Std 142 - 2007
  • NEC
  • NFPA 70
  • Yunaningrat, Resna; Analisa Pentanahan Pada BTS BSC Banjarsari; Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Fading in Radio Communication

Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal (gelombang radio). Fading margin merupakan level daya yang harus dicadangkan yang besarnya selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima (Rx) dan level sensitivitas penerima (Rx-Threshold). Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi, yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan.

Gambar di bawah ini menggambarkan istilah dari fade margin. Site A akan mentransmisikan daya 33dBm (2W) ke Site B, kemudian level sinyal turun atau daya yang diterima oleh Site B -100 dBm. Ini memberikan margin -10 dBm karena sensitivitas penerima radio di situs b adalah -110 dBm.

fade-margin01.jpg
Fading Margin
Dalam lingkungan yang sangat bising atau tinggal noise yang tinggi, tingkat kebisingan dapat lebih tinggi dari sensitivitas penerima. (Misalnya lebih besar dari -110 dBm dalam contoh di atas). Dalam hal ini, tidak membantu meningkatkan sensitivitas penerima atau menggunakan antena penerima yang lebih tinggi. Satu-satunya solusi jika sumber noise tidak dapat dihilangkan adalah dengan meningkatkan daya transmisi (Tx) sehingga kekuatan sinyal di radio penerima (Rx) lebih tinggi daripada kebisingan. Namun, dalam beberapa kasus, memindahkan antena penerima atau memindahkan jalur transmisi dapat mengurangi dampak kebisingan.

  • Flat Fading Margin 
Flat fading margin (Mf) dihitung untuk mengatasi error ang disebabkan oleh thermal noise, dirumuskan sebagai berikut :

Mf = Prx - Pth    (dB)

Ket:
- Mf : Flat fading margin
- Prx : Daya terima nominal (dBm)
- Pth : Threshold dari thermal noise penerima (dBm)

  • Frequency Selective Fading Margin
Frequency Selective Fading Margin (Ms) dimaksudkan untuk memperhitungkan kesalahan bit yang diakibatkan oleh amplitude distortion dan group delay yang terjadi pada seluruh pita frekuensi. Besarnya Frequency Selective Fading Margin dirumuskan sebagai berikut :

Ms = 102 - 35 log L - 10 log s    (dB)

Ket:
- L : Jarak hop radio (jarak Tx dengan Rx)
- S : Equipment Signature (Spesifikasi dari masing-masing pabrik)

Besarnya effective fading margin (Me), sebagai berikut:

Me = -10 log | 10 - Mf/10 + 10 - Ms/10 |


Pengantar Antena Yagi-Uda

Antena yagi-uda ditemukan pertama kali oleh Shintaro Uda and Hidetsugu Yagi di tahun 1926. Antena ini sebenarnya adalah hasil karya dari Shintaro Uda dan sudah dipublish di Jepang, karena ingin dipresentasikan ke luar jepang Shintaro Uda tidak bisa berbahasa inggris untuk itu dia menunjuk profesornya yaitu Hidetsugu Yagi. Antena yagi-uda biasanya kebanyakan digunakan untuk penangkapan siaran televisi dibeberapa dekade ini. Antena ini banyak diguanakan karena performanya yang bagus dan mudah dalam pabrikasi. Antena yagi-uda kebanyak bekerja pada frekuensi UHF (300 MHz - 3 Ghz) dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat bekerja difrekuensi selain UHF. Selain itu antena ini juga kebanyakan dipasang diatas rumah-rumah, dan bentuk dari antena yagi-uda dapat dilihat dibawah ini.
Image result for yagi antenna theory
Struktur Antena Yagi-Uda

Antena yagi-uda terdiri dari 4 bagian yaitu, driven element, reflektor, direktor, dan boom. Pada bagian driven elemen merupakan elemen pemancar/penerima dari antena dan antena yang digunakan adalah dipole atau folded dipole. Kemudian adalah reflektor yang berfungsi sebagai pembatas radiasi atau untuk memantulkan radiasi ke arah berlawanan. Seperti kita ketahui bahwa antena dipole mempunyai pola radiasi omnidireksional dan reflektor akan memantulkan radiasi pada bagian belakang ke arah depan. Selanjutnya ada direktor atau parasitic element, bagian ini berfungsi untuk mengarahkan pola radiasi sehingga antena memiliki nilai gain yang tinggi. Banyaknya direktor yang dipasang bebanding lurus dengan nilai gain dari antena. Bagian terakhir yaitu boom, bagian yang befungsi sebagai holder dari bagian driven elemen, reflektor, dan direktor. Holder biasanya terbuat dari bagian non-konduktor, apabila terbuat bagian konduktor akan mempengaruhi performa dari antena yagi-uda.


Tabel Desain Yagi-Uda 
Pola Radiasi Antena Yagi-Uda

Sekian materi yang disampaikan, mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah. Semoga dapat bermanfaat untuk belajar dan sampai jumpa dalam materi selanjutnya.

Pengantar Antena Mikrostrip

Di era modern ini sangat membutuhkan sebuah perangkat yang ringan, murah, kemudahan instalasi dan kinerja yang maksimum. Salah satu yang menjadi fokus dalam pembahasan kali yaitu antena mikrostrip. Antena sudah sangat berkembang dari 1920-an yaitu oleh Hidetsugu Yagi, kemudian berkembang lagi ke bentuk-bentuk lainnya. Untuk menunjang efesiensi perangkat elektronik seperti handphone maka dibutuhkan lah sebuah antena yang ukurannya dapat menyesuaikan dengan dimensi handphone atau bisa dikatakan ukurannya kecil. Karena diera modern ini dimensi handphone semakin kecil dan juga begitupun antena. Antena mikrsotrip menjadi sangat bermanfaat dalam industri telepon seluler.
Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip merupakan antena yang sudah berkembang dari 1970-an, yang terbuat dari papan sikuit (PCB). Antena mikrostrip terdiri dari patch. substrat dan groundplane. Sifat dari antena mikrostrip yang memiliki profil rendah, mudah dipabrikasi, dan murah membuat antena ini berkembang pesat. Selain itu antena mikrostrip memungkinkan bekerja difrekuensi rendah hingga frekuensi tinggi dan juga antena ini mudah dapat diintergrasikan dalam sistem lain. Hingga kini penelitian tentang antena mikrostrip terus berkembang, mulai untuk aplikasi TV hingga aplikasi yang lainnnya. Antena mikrostrip juga memiliki banyak metode dalam meningkatkan gain, melebarkan bandwidth, dan motode lainnya.

Berikut dibawah ini penjelasan tentang struktur dari antena mikrostrip, antara lain :

Struktur Antena Mikrostrip
1. Patch

Patch merupakan lapisan paling atas antena yang berfungsi untuk sebagai sumber radiasi dimana energi elektromagnetik menyusur bagian tepi dari patch kedalam substrat. Patch terbuat dari bahan konduktor dengan ketebalan tertentu, misalnya tembaga. Bentuk patch juga bermacam-macam, namun yang umum digunakan biasanya berbentuk persegi panjang dan lingkaran (circular). Berikut dibawah ini adalah bentuk-bentuk patch antena mikrostrip.


Jenis-jenis patch antena mikrostrip

2. Substrat

Substrat merupakan lapisan pemisah antar groundplane dengan patch yang terbuat dari bahan dielektrik dengan nilai permitivitas, konstanta dielektrik, dan ketebalan yang berbeda-beda. Pemilihan substrat harus diperhatikan dalam pembuatan antena, karena setiap nilai-nilai yang ada pada substrat akan berpengaruh pada performansi antena. Para perancang antena menemukan bahwa nilai dielektrik dari substrat merupakan hal yang berpengaruh dalam parameter antena. Berikut dibawah ini adalah nilai konstanta dielektrik dari setiap bahan.
Daftar nilai konstanta dielektrik
3. Groundplane

Groundplane merupakan lapisan paling bawah pada antena mikrostrip dan lapisan ini terbuat dari bahan konduktor. Fungsi groundplane yaitu sebagai reflektor atau lapisan yang memantulkan sinyal yang tidak diinginkan.

Sekian materi yang dapat disampaikan, apabila ada kesalahan mohon dikoreksi. Semoga bermanfaat untuk para pembaca, syukron.